Muroqi atau yang bisa disebut Bilal adalah orang yang bertugas membacakan bacaan-bacaan sebelum khatib naik mimbar untuk menyampaikan khutbah Jum’at.

Selain memiliki tugas membaca tarqiyyah sebelum khatib naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbah Jum’at, seorang Muroqi juga memiliki tugas sebagai Muadzin. Oleh karenanya, Muroqi disebut juga dengan Bilal. Berikut bacaan muroqi Jum’at beserta arti dan hukumnya dalam Islam!

Bacaan Muroqi Jum’at

Rangkaian tarqiyyah yang dibaca oleh muroqi Jum’at sebelum khatib naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbahnya pada shalat Jum’at adalah sebagai berikut!

1. Bacaan Muroqi Jum’at Sebelum Khatib Naik Mimbar

Berikut ini bacaan yang dibaca muroqi/bilal Jum’at sebelum Khatib naik mimbar!

Arab latin: Ayyuhan naas, yaa ma’aasyiral muslimiina wa zumratal mu’miniina rahima kumullaah. Ruwiya ‘an abii hurairata radhiyallaahu ‘anhu qaala, qaalan nabiyyu shallallahu ‘alaihi wasallam, inna yaumal jum’ati sayyidul ayyaam, wahijjul fuqaraa i wa ‘iidul masaakiin, al khuthbataani fiihaa maqaama rak’ataini minadzh dzhuhri. Qaalan nabiyyu shallallaahu ‘alaihi wasallam, fa idza sha’idal khathiibu ‘alal mimbar, falaa yatakallamu ahadukum wamayyatakallamu wa may yatakallamu ‘ingdal khuthbah, faqod laghau wamallaghaa falaa jum’atalah. Angshituu wasma’uu wa athii’uu rahimakumullah (3×). Angshituu laa ilaaha illallaahu muhammadur rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Artinya: Wahai manusia, wahai umat Muslim dan sekumpulan orang yang beriman, semoga Allah merahmati kalian.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya hari Jum’at adalah penghulu hari-hari, hajinya orang fakir, dan hari raya orang miskin. Dua khutbah di dalamnya menggantikan dua rakaat Dzuhur”.
Nabi SAW bersabda: “Jika khatib naik ke mimbar, maka tidak ada seorang pun dari kalian yang berbicara, dan barangsiapa yang berbicara saat khutbah, maka ia telah berbicara sia-sia, dan orang yang berbicara sia-sia tidak ada Jum’at baginya.”
Dengarlah, dengarlah, dan taatlah, semoga Allah merahmati kalian. (3×)
Dengarlah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, semoga rahmat dan salam Allah tercurah padanya.

2. Bacaan Muroqi Jum’at Saat Khatib Naik Mimbar

Setelah membaca kalimat di atas, Khatib maju (naik) ke atas mimbar. Pada saat itu, bilal membaca shalawat. Adapun bacaan shalawatnya ialah sebagai berikut:

Arab latin: Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad (3×). Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa wa habiibinaa wa syafii ‘inaa wa maulaanaa muhammadiw wa sallam wa radhiyallaahu tabaaraka wa ta’aalaa ‘ang saadaatinaa ash haabi rasuulillaahi ajma’iin.

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada pemimpin kami, Muhammad SAW. (3×)
Ya Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kami, kekasih kami, pemberi syafa’at dan penolong kami, Muhammad SAW, dan semoga Allah Ta’ala meridhoi-Nya, para sahabat Rasulullah, dan semuanya.

3. Bacaan Muroqi Jum’at Setelah Khatib Naik Mimbar

Setelah Khatib naik mimbar, bilal melanjutkan bacaannya dengan membaca do’a sambil menghadap kiblat. Do’anya adalah sebagai berikut:

Arab latin: Allaahumma shalli wasallim wabarik aamiin. Allaahumma qawwil islaama wal iimaan, minal muslimiina wal muslimaat, walmu`miniina wal mu`minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat, wang shurhum ‘alaa ma’aanidid diina robbikhtim lanaa mingka bil khair, yaa khairan naashiriin, lahum birahmatika yaa arhamar raahimiin.

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam, dan keberkahan. Amin: Ya Allah, kuatkanlah keislaman dan keimanan kaum muslimin (pria) dan muslimat (wanita), kaum mukminin (pria) dan mukminat (wanita), yang masih hidup dari mereka semua dan juga yang sudah meninggal, mudahkanlah mereka untuk mengokohkan agama, akhirilah (hidup) kami dari-Mu dengan kebaikan, wahai Tuhan sebaik-baik penolong, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.

Setelah itu, imam mengucapkan Salam. Lalu, bilal melantunkan adzan.

Hukum Membaca Tarqiyyah Sebelum Khutbah Jum’at Dilaksanakan

Dikutip dari website NU Online¹, pembacaan tarqiyyah oleh muroqi Jum’at menurut Jumhur Ulama digolongkan sebagai amalan Bid’ah Hasanah (Bid’ah Baik). Hal ini karena pembacaan tarqiyyah tidak pernah ada pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.

Kendati demikian, isi dari bacaan tarqiyyah sendiri berisi hal yang positif. Jadi, perlu diingat bahwa tidak semua hal yang Bid’ah (hal yang baru) adalah tercela atau sesat. Selama masih ada dalil-dalil anjuran umum, maka hal tersebut tergolong sebagai hal yang baik sebagaimana yang sudah ditegaskan oleh para ulama dalam kajian tentang bid’ah.

Sedangkan menurut pandangan Syekh Ibnu Hajar (seperti yang dikutip Syekh Sulaiman Al-Jamal dalam Kitab Hasyiyah Al-Jamal ‘ala Fath al-Wahhab), tradisi muroqi Jum’at disebut sama sekali bukan bid’ah, tetapi hukumnya sunnah.

Pandangan ini didasarkan pada salah satu hadits, yaitu saat melaksanakan khutbah Haji Wada’. Rasulullah SAW memerintahkan salah seorang sahabat untuk memberi instruksi kepada jamaah agar mendengarkan secara seksama khutbahnya.

Bacaan muroqi Jum’at ini memiliki 4 kandungan pokok yang baik, yaitu:

1. Anjuran untuk mendengarkan khutbah.
2. Larangan untuk berbicara saat khutbah berlangsung.
3. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Mendoakan orang-orang Muslimin dan Muslimat.

Oleh karenanya, tradisi pembacaan tarqiyyah oleh muroqi Jum’at menjadi hal yang baik untuk dilestarikan. Meski ada pandangan ulama yang berbeda mengenai hukumnya, tetapi mereka bersepakat bahwa perbuatan tersebut bukanlah perbuatan tercela ataupun sesat. Sehingga, tidak ada dasar hukum yang kuat untuk melarang amalan pembacaan tarqiyyah.

Penulis: Rangga Fajar Oktariansyah